Rabu, 04 Maret 2020

Pengertian gender

Sex & Relationship

Pengertian Gender Menurut WHO, Ternyata Beda dengan Seks

08 Dec 2019 | 
Ditinjau oleh dr. Karlina Lestari
  • Pengertian gender adalah sifat laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial dan budaya
    Pengertian gender adalah sifat laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial dan budaya
Dalam praktik awam, istilah “seks” dan “gender” sering disamaartikan. Padahal, keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Seperti apa pengertian gender menurut institusi terpercaya? Apa perbedaannya dengan seks?

Pengertian gender

Menurut World Health Organization (WHO), gender adalah sifat perempuan dan laki-laki, seperti norma, peran, dan hubungan antara kelompok pria dan wanita, yang dikonstruksi secara sosial. Gender dapat berbeda antara satu kelompok masyarakat dengan masyarakat lainnya, serta dapat berubah sering waktu.
Dari pengertian gender di atas, gender adalah sesuatu yang terbentuk secara sosial dan bukan dari bentuk tubuh laki-laki maupun perempuan. Gender cenderung merujuk pada peran sosial dan budaya dari perempuan dan laki-laki dalam masyarakat tertentu.
Dalam konsep gender, terdapat istilah yang disebut dengan identitas gender dan ekspresi gender. Identitas gender adalah cara pandang seseorang dalam melihat dirinya, entah sebagai perempuan atau laki-laki. Sedangkan ekspresi gender adalah cara seseorang mengekspresikan gendernya (manifestasi), melalui cara berpakaian, potongan rambut, suara, hingga perilaku.
Gender umumnya dideskripsikan dengan feminim dan maskulin. Anda mungkin diajarkan bahwa laki-laki harus perkasa, kuat, dan tidak boleh cengeng. Sementara itu, perempuan cenderung diajarkan untuk bersifat lemah lembut dan keibuan. Sifat ini bisa dipertukarkan, bahwa laki-laki boleh bersifat lembut, dan perempuan bersifat tegas.
Peran gender dan stereotip gender juga bersifat sangat cair dan dapat berubah dari waktu ke waktu.

Apa perbedaan seks dan gender?

Gender adalah karakteristik pria dan wanita yang terbentuk dalam masyarakat. Sementara itu, seks atau jenis kelamin adalah perbedaan biologis antara pria dan wanita. Perbedaan biologis tersebut dapat dilihat dari alat kelamin serta perbedaan genetik.
Seseorang memiliki seks atau jenis kelamin sebagai perempuan, apabila ia memiliki vagina dengan 46 kromosom XX. Sedangkan pria memiliki organ reproduksi berupa penis dengan 46 kromosom XY.
Gender terbenduk dengan alami, dapat dilihat sejak seorang individu lahir. Sedangkan gender dibentuk oleh sosial dan budaya.
Seks cenderung tidak bisa dipertukarkan, bahwa penis adalah milik laki-laki dan vagina milik perempuan. Sementara itu, gender bisa dipertukarkan. Misalnya, perempuan bisa bersifat maskulin dan laki-laki ada yang bersifat feminim.

Contoh stereotip gender yang berubah seiring perubahan zaman

Seperti yang diungkapkan di atas, gender merupakan konstruksi sosial dan dapat berubah seiring waktu. Beberapa kasus perubahan stereotip gender, yaitu:

1. Penggunaan sepatu hak tinggi

Saat ini, Anda mungkin setuju bahwa sepatu hak tinggi merupakan sepatu yang identik dengan perempuan. Namun ternyata, sepatu hak tinggi pada awalnya dirancang untuk pria agar bisa digunakan saat berburu menunggang kuda.
Konstruksi sosial telah membentuk stereotip sepatu hak tinggi sebagai barang yang feminim.

2. Warna pink

Warna pink atau merah jambu menjadi warna yang feminim dan dianggap hanya pantas diperuntukkan bagi perempuan. Ini juga menjadi salah satu perubahan stereotip gender, karena awalnya warna pink dianggap cocok untuk laki-laki.

Apakah gender selalu beriringan dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki?

Beberapa orang percaya bahwa sifat maskulin harus dimiliki seorang laki-laki, dan feminim harus ada perempuan. Walau begitu WHO menyebutkan bahwa gender dan seks (jenis kelamin) memang tidak selalu beriringan. Misalnya, ada perempuan dengan sifat maskulin yang dominan.
Tak hanya itu, banyak memiliki identitas gender yang tidak sejalan dengan jenis kelamin mereka. Individu ini disebut dengan transgender yang merupakan bagian dari kelompok LGBT. Misalnya, seseorang merasa dirinya perempuan walau ia memiliki alat kelamin berupa penis.
Beberapa individu yang merasa identitas gendernya tidak sejalan dengan jenis kelamin (seks) yang ia memiliki, berisiko mengalami gangguan psikologis yang disebut dengan gender dysphoria. Bantuan ahli kejiwaan diperlukan untuk membantu individu bersangkutan dalam menyelesaikan tekanan batin yang ia miliki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar